The Extraordinary Lombok! (#Part 2)

Hari Kedua – Explore Gili Trawangan…

Morning Mataram. Hari kedua kami sudah janjian dengan driver jam 10 pagi. Setelah mandi dan sarapan kami berbegas menuju lobby untuk lapor check out. Kenapa cuma semalam? Karena kami memang maunya spending time lebih lama di pulau saja. Ya, kami akan menginap 2 malam di Gili Trawangan. Kenapa? Karena kepingin aja sih hahaha.

Sebenarnya saya sudah pernah menginap juga di Gili Trawangan bahkan di villa kelas mewah pula (hasil traktiran bos, hehe), tapi entah sepertinya Trawangan tetap yang paling menarik buat saya ketimbang Gili-gili yang lain. Katanya yang lain lebih sepi, tapi ahhh.. saya maunya di Trawangan saja lah, kan suami belum pernah.

Eits, tapi sebelum ke Gili Trawangan kami meminta driver untuk mampir sejenak ke Desa Sade. Dusun ini terkenal karena mempertahankan adat suku asli Mataram, suku Sasak namanya. Nama suku Sasak ini juga sudah terkenal di kalangan wisatawan yang datang ke Lombok. Salah satu yang unik menurut saya mengenai budaya mengepel lantai rumah mereka.

rumah sasak sade

Lantainya terbuat dari tanah liat yang di campur dengan sedikit sekam padi dan setiap sekali dalam seminggu atau pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum di mualainya upacara adat, lantai rumah digosok dengan kotoran kerbau dicampur sedikit air, kemudian setelah kering disapu dan digosok lagi dengan batu. Penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu membuat lantai terasa halus dan lebih kuat. Konon, masyarakat suku Sasak Sade percaya bahwa kotoran kerbau tersebut dapat mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis yang ditujukan pada penghuni rumah. Hiiiiiiii

Oke lanjut setelah kurang lebih 30 menit explore Desa Sade, kami langsung bergegas menuju Tanjung Aan, Seger Beach dan Bukit Merese. Lokasi kedua lokasi itu memang gak terlalu jauh sih, tapi karena kita dikejar-kejar waktu jadi ya cuma sempet mampir untuk ambil-ambil foto aja.

IMG_9101

foto di bukit

Usai puas berfoto, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Pak driver langsung tancap gas lagi menuju pelabuhan Bangsal. Pelabuhan Bangsal ini menjadi salah satu pelabuhan favorit turis menuju ke Gili, karena disini mereka bisa memilih kapal tujuan mulai dari yang murah sampai yang mahal. Kalau mau via Senggigi juga bisa,  lebih hemat waktu dan lebih private, sayang harganya gak setara dengan kantong backpacker ala saya dan suami.

Pilihan kami untuk menyebrang ada dua, antara public boat kapasitas 20-30 orang yang range harganya lebih murah sekitar Rp 15.000-Rp 20.000 (saya lupa, maafkeun) atau speed boat kapasitas 10-15 orang  dengan range harga sekitar Rp Rp 70.000-Rp80.000. Semua nama penumpang wajib terdaftar di loket penyebrangan menuju Gili tersebut, berlaku juga untuk warga sekitar yang kebanyakan memilih kapal rakyat sebagai alat transportasi super hematnya.

Dilihat dari segi kenyamanan, saya dan suami memilih untuk menggunakan speed boat dengan waktu tempuh kurang lebih 25-35 menit (tergantung dari besarnya gelombang laut). Nah, setelah membeli tiket kami harus langsung menuju ke pinggir pelabuhan ke dekat kapal-kapal yang sedang tertambat. Disitu ada petugas kapal  yang memanggil penumpang dengan menyebutkan warna dan nomor karcis. Jadi….harus pasang telinga dengan seksama dan jangan sampai kelewatan ya!

IMG_9112

Yasss! Finally Arrived Gili Trawangan!!!

Karena sudah hampir sore, kami langsung menuju penginapan dan check in. Kami menginap di Scallywags Resort. Ohya, mengenai penginapan semua saya percayakan ke suami karena pilihannya gak pernah salah menurut saya, hehehehe. Soal harga, permalam rate nya kurang lebih Rp 750.000 tapi silakan di update lagi untuk harga terbarunya ya.

Ohya, sebelumnya sewaktu saya ke Gili bersama teman kantor, saya bingung kenapa villa sekelas bintang 5 yang kami inapi waktu itu memiliki kamar mandi outdoor. Saya pikir memang konsep villanya saja demikian. Tapi ternyata, untuk Scallywags ini kamar mandinya juga outdoor bok! Sedikit kurang nyaman karena khawatir orang kamar sebelah iseng ngintip saat lagi mandi (ini PD banget sih) atau kasihan kan kalau mereka cium bau-bau yang semerbak kalau kami pup. Hahaha. Usut punya usut setelah berbincang dengan petugas hotel, tema outdoor bathroom itu memang menjadi ciri khas mayoritas hotel di Gili Trawangan. PANTESAN!

scallywags hotel GiliTrawangan

Usai beberes dan istirahat 10 menitan, kami lanjut cari penyewaan sepeda. Kenapa sepeda? Kenapa gak naik Cidomo -sebutan lain untuk kereta kuda/delman/andong di Lombok- atau naik motor? Hmm, oke fyi di Gili trawangan dan gili-gili lain gak ada motor karena asapnya akan merusak alam sekitar. Jadi, pilihannya hanya sepeda, cidomo atau jalan kaki. Pilihan kami jatuh ke sepeda, karena harganya jauh lebih murah hanya Rp 50.000 saja untuk sewa per hari. Lagian, alasan lainnya karena lebih simple kalau mau berhenti di beberapa titik untuk foto-foto.  Tapi ada kekurangannya juga, karena vegetasi pasir laut banyak menutupi jalur, sepeda kami seringkali terhambat dan sulit untuk dikayuh.

IMG_9724

Menuju senja, kami berhenti di satu tempat lahan kosong yang katanya spot bagus untuk ambil foto sunset.

Selesai bersepeda, kami pun kembali ke resto penginapan untuk sekadar minum-minum cantik yang harganya sama sekali gak cantik. Lalu berenang-berenang lucu di hotel yang sebenarnya jauh dari kata lucu juga sih, hahaha.

Sekitar jam 8 malam, kami jalan kaki ke pasar rakyat. Ini sebenarnya hanya sebutan saya saja sih karena memang disana harga makanan merakyat sekali. Jajanannya ya seafood lagi seafood lagi, apalagi yang diharapkan kalau lagi piknik ke pantai. Tapi berhubung baterai iPhone sudah habis, jadi gak punya stock fotonya deh.

Ohya, ngomong-ngomong Lombok rasanya lebih menguras kocek ketimbang Bali ya. Tapi saya suka, karena tidak seramai Bali. Bahkan, wisatawan di Lombok itu mayoritas turis asing, jarang saya ketemu lokal. Jadi pasti mereka seleranya sama kayak saya dan suami, gak terlalu suka keramaian dan kebisingan, hahaha!

Sudah kenyang, kamipun pulang. Tidur dan istirahatkan badan untuk main air besok. Yeaaayyy!

Leave a comment